Dalam tradisi perkawinan
adat masyarakat Sumbawa, salah satu prosesi yang harus dijalani calon mempelai
adalah upacara adat barodak (luluran). Dalam tradisi aslinya, calon mempelai
perempuan dan laki-laki akan menjalani acara barodak di rumah masing-masing.
Barodak merupakan upacara penyucian diri bagi calon mempelai perempuan dan
laki-laki karena akan segera memasuki tahapan kehidupan baru yakni berumah
tangga. Upacara adat barodak secara resmi dilaksanakan pada malam sebelum akad
nikah di rumah masing-masing mempelai perempuan dan laki-laki.
Namun, sesungguhnya barodak bagi pengantin perempuan atau laki-laki
dilaksanakan sejak persiapan pernikahan mulai dilaksanakan. Barodak (memakai
odak) terkadang berlangsung hingga sebulan lamanya.
Menurut Hasanuddin, budayawan Sumbawa yang juga perias pengantin, ada
tiga
tingkatan barodak yang dijalani pengantin dalam tradisi ini yakni odak mamak
(mangir), odak babak (odak pusuk), dan odak ramurin. Odak mangir merupakan odak
yang dipakai pertamakali yang bahannya terbuat dari ramuan sirih pinang, beras
dan buah meriga (buah ini dari tanaman perdu yang mudah tumbuh, kalau
pecah dalamnya berisi kapas). Fungsinya seperti mangir untuk membersihkan
tubuh
dari kotoran. Odak babak dipakai pada tahapan kedua. Odak ini terbuat dari
kulit-kulit kayu pilihan dan pucuk-pucuk daun tertentu dengan beras sebagai
pengikatnya. Fungsinya untuk menghaluskan kulit. Sedangkan odak atau lulur pada
tahap tiga, yakni odak ramurin yang bahannya dicampur pula dengan serbuk emas (minimal
air rendaman emas) dan kuning telur merpati. Odak ramurin berfungsi sebagai
pengencang kulit setelah kotoran dibersihkan dan kulit telah menjadi halus
dengan dua tahapan barodak sebelumnya. Odak ramurin dipakai juga pada upacara
resmi barodak.
Sebelum upacara adat barodak digelar, tahapan prosesi sebelumnya bagi calon
pengantin adalah pani atau maning pangantan. Pani
pangantan ada tiga proses yakni maning pangantan jeruk ayoram, mandi suci
pertama bagi calon pengantin untuk menyucikan jiwa dan raga untuk
memasuki
tahapan kehidupan yang baru. Mandi ini sebagai tonggak pembatas gadis
menuju
kedewasaan, untuk memasuki bahtera rumah tangga. Maning pangantan ini
dilakukan
menjelang upacara resmi barodak. Dalam ramuan maning pangantan ini
terdapat
perasan jeruk Sumba. Calon pengantin dikeramas dengan air merang dan santan
kelapa.
Maning atau pani pangantan yang kedua adalah maning atau paning pangantan
tokal
basai dan maning basasopo’ yakni mandi menjelang akad nikah dan setelah akad
nikah. Ada juga mandi yang dilakukan setelah malam pengantin yang disebut
maning
atau pani pangantan basasuci dan pongkas kalamung. Mandi ini merupakan mandi
suci sepasang pengantin yang dilakukan dengan ramuan khusus. Seluruh
proses
maning atau pani pangantan ini dilakukan oleh inaq pangantan yang juga
bisa
bertindak sekaligus sebagai inaq odak.
"Sebelum mandi kembang, pengantin atau calon pengantin akan melaksanakan
luluran dengan beras yang disangrai hingga hitam seperti kopi dan keramas
dengan santan kelapa, kata Siti Aisyah, salah seorang Inak Odak di Taliwang
Sumbawa Barat. Saat inilah
maning atau pani pangantan jeruk ayoram dilaksanaka. Air kembang untuk acara
pani pangantan ini tidak ditampung
di sembarang tempat melainkan ada tempat khususnya yakni teleku’ batu.
Teleku’
batu adalah wadah yang terbuat dari batu berukuran besar. Air mandi untuk
pengantin ini diberi kembang antara lain, kembang kamboja, mayang buak
(bakal
kembang pinang), daun beringin, pandan dan sapu rancak. Di dalamnya juga
dimasukan sebutir telur mentah dan uang logam. Saat pani pangantan, calon
pengantin atau pengantin didudukkan pada alat tenun tradisional yang
disebut
penesek yang di atasnya ditutupi kain putih.
Setelah selesai mandi, calon pengantin atau pengantin dirias dalam riasan
adat
Samawa. Ia memakai kain putih khusus dengan variasi pinggiran yang disebut
Kain
Kae. Di tempat barodak, telah disiapkan tempat khusus yang dihias dengan
pernak-pernik Sumbawa. Tempat duduk khusus untuk barodak tersebut disebut
cinroang. Cinroang terbuat dari bambu dalam bentuk ruang segi empat. Di keempat
sudutnya dililit dengan kain putih. Di dalam cinroang tersebut digantung pula
ketupat. Di dalam cinroang inilah, calon pengantin atau pengantin duduk di atas
tikar khusus yang disebut samparumpuk yang dilapisi dengan tujuh lembar kain
berwarna-warni. Tikar dan kain-kain ini dipercaya dapat menangkal niat jahat
terhadap si pengantin atau calon pengantin. Maka, sebelum acara barodak,
pengantin tidak boleh dilihat oleh orang lain, melainkan berada di atas
loteng.
Maksudnya, untuk menghindari jika ada orang yang berniat jahat yang bisa jadi
akan membuat acara pekawianan batal.
Sebelum acara inti barodak, pengantin atau calon pengantin, akan diberi
makan
nasi empat warna yakni, hitam, putih, kuning dan merah yang dibuat dalam
tumpeng kecil-kecil. Empat tumpeng nasi warna-warni yang di dalamnya berisi
telur utuh ini masing-masing diambil sedikit untuk dimakan.
Ketika hendak dimulai upacara adat barodak, dila malam pun dinyalakan. Dila
malam adalah simbol dari harapan adanya cahaya terang yang akan menyinari
perjalanan perkawinan pengantin ini, termasuk juga menghindari niat jahat
terhadap pengantin. Dila malam itu dipasang di atas kelapa sebagai
kelengkapan
dalam prosesi barodak. Ada pula pegu berisi beras kuning. Selain itu, di arena
barodak juga dihiasi dengan kembang hias bermacam-macam yang ditempelkan di
batang pohon pisang kecil. Batang pisang kecil yang dipakai adalah baru
memiliki lima atau enam daun. Dan, hanya tiga daunnya yang dipakai. Pohon
pisang yang
dihias kembang-kembang ini ditanam di dalam pegu berisi beras. Ini juga
merupakan simbol kesetiaan seperti halnya pada acara akad nikah.
Ditandai dengan seruling panjang diikuti gong genang dan baguntung dari
rantok
(lesung kayu) yang ditabuh para ibu, acara barodak pun dimulai. Wajah, tangan
dan kaki mulai dilulur dan kuku tangan dan kaki ditempeli dengan daun pancar
yang sudah ditumbuk halus. Lulur yang dipakai pada acara barodak ini merupakan
bedak tradisional yang dibuat khusus oleh orang khusus pula dan biasanya
seorang wanita. Orang khusus maksudnya adalah orang yang sudah biasa dan
dipercaya oleh
masyarakat setempat untuk membuat odak sesuai dengan keterampilan dan
keahliannya. Orang inilah yang nantinya akan menjadi Ina Odak/ ina pangantan
atau ibu asuh calon pengantin wanita selama prosesi perkawinan
berlangsung.
Saat upacara secara resmi yang dihadiri undangan, calon pengantin akan diusap
lulur pada wajah dan kedua tangannya. Orang
yang akan mengusapkan lulur pada wajah tangan dan kaki calon pengantin
adalah
orang-orang terpilih. Orang tua-orang tua yang patut dijadikan teladan
bagi
pengantin, akan mengusap odak pada wajah, tangan, dan kaki serta memberikan
daun
pancar yang telah ditumbuk halus pada kuku-kuku jari tangan dan jari kaki
pengantin atau calon pengantin. Mempercantik pengantin atau calon pengantin
dengan daun pancar ini di Sumbawa disebut rapancar. Warna merah kuku pengantin
yang ditempeli dengan daun pancar halus ini merupakan simbol bahwa orang
tersebut sudah atau segera menikah. Sebagai tanda bahwa ia telah memiliki
pendamping hidup. Selama proses barodak ini berlangsung, para orang tua ini
akan
memberikan nasihat-nasihat perkawinan kepada calon pengantin. Ina Odak
akan
mendampingi pengantin selama barodak dan ikut memberikan nasihat.
Setelah para orang yang dituakan dan diteladani ini usai mengusap lulur
pada
pengantin atau calon pengantin, giliran terakhir adalah ina odak. Sebelum
mengusap lulur, ina odak akan memercikkan air boreh yang dibuat dari
kembang
tiga rupa yakni, kamboja, melati dan bunga eja. Setelah itu, dila (lampu)
akan
diputar melingkari kepala hingga wajah pengantin atau calon pengantin.
Ritual
ini sebagai simbol menolak hal-hal yang membahayakan bagi si pengantin
selama
menjalankan kehidupan ke depan. Setelah selesai, dila malam ditiupkan di
depan
wajah pengantin atau calon pengantin, lalu asapnya diambil dan ditempelkan
pada
kepala pengantin atau calon pengantin.
"Bagi pernikahan yang dilakukan masih berkerabat, odak dibuat di rumah mempelai
perempuan yang akan dibagi juga untuk mempelai laki-laki, dengan harapan agar
cepat menyatu. Namun, jika perkawinan dilakukan dengan orang lain, bukan
kerabat, maka odak dibuat masing-masing mempelai," kata Ace, panggilan
akrab
Hasanuddin. Karena mereka tidak berasal dari satu
keturunan, tentu saja, masing-masing keturunan memiliki cara dan bahan odak
yang berbeda dalam membuatnya.
Saat menjelang upacara Barodak, odak tersebut diantar ke kediaman
laki-laki
di mana upacara barodak laki-laki diselenggarakan. "Bahan-bahan untuk
membuat
odak yang dipakai saat Barodak ini dikenal dengan 44 macam tumbuhan terbaik
yang
terpilih," kata Mustakim Biawan, budayawan Sumbawa. 44 macam
tumbuhan
terbaik untuk lulur ini sengaja dipilih juga untuk alasan kenyamanan bagi
pengantin. Karena bahan-bahan terpilih tersebut tidak akan membuat pengantin
berkeringat saat resepsi pernikahan berlangsung yang biasanya menghabiskan
banyak waktu. 44 macam tumbuhan ini, dalam tata hitungan Sumbawa sebagai
ungkapan untuk menggenapkan jumlah demi mencapai angka sakral. Angka 44 adalah
simbol yang sangat kuat yang dapat memberikan keberkahan yang paling
tinggi.
Selain soal kenyamanan bagi pengantin, bahan-bahan terpilih tersebut
memiliki
makna yang sangat dalam bagi kehidupan mereka di masa depan. Berbagai
bahan
dasar pembuatan odak dipilihkan ramuan yang memberikan makna atau simbol
penguatan bagi nilai-nilai sebuah perkawinan atau rumah tangga. Misalnya,
bahan
dasar lulur ini adalah daun sirih atau yang disebut eta. Maka eta yang
dipilih
adalah sirih terbaik, tidak boleh sembarang sirih melainkan melainkan sirih
yang
urat-uratnya bertemu pada satu titik. Jadi salah satu urat sirih bagian kiri
sebagai simbol perempuan akan bertemu dengan urat bagian kanan sebagai simbol
laki-laki dan dua titik tersebut akan bertemu pula dengan urat daun sirih yang
membelah sirih tersebut menjadi dua sebagai simbol masyarakat sosial.
Jadi,
filosofinya adalah, ketiga garis dari urat daun sirih tersebut akan saling
bertemu dan membentuk satu titik. Artinya bahwa pernikahan tersebut diterima
oleh kedua pihak dan juga masyarakat di mana tempat mereka akan menjalankan
kehidupan berumahtangganya. Sehingga harapannya kehidupan mereka
akan bahagia, damai dan sejahtera.
Ada pula buah pinang, yang merupakan simbol hati yang jika dibelah rupanya
akan
persis sama. Ini mengandung makna yang menggambarkan pertautan hati kedua
mempelai yang utuh dan sama. Ada juga bagik atau asam yang berwarna hitam
pekat.
Asam jawa ini banyak digunakan masyarakat Sumbawa untuk membersihkan kotoran
sebagai bahan lulur. Harapannya, agar perempuan yang akan menjadi istri
ini
nantinya, memiliki hati yang bersih tak punya hasrat dengki pada orang lain.
Ada
pula beras yang selalu ada dalam tiap ramuan odak, sebagai simbol kemakmuran
dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan.
Sejak berakhirnya upacara adat barodak, calon mempelai perempuan tidak
boleh
keluar dari kamar dan ia hanya berdua dengan Ina Odak-nya untuk
melanjutkan
acara barodak sembari menanti hari basai (bersatu). Secara khusus, setelah
upacara adat Barodak resmi usai, mulailah peran penting Ina Odak dilaksanakan,
yakni memberi nasehat sebelum akad nikah dilangsungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar